FESES “BERNUTRISI”
Oleh: Muhammad Resthu
Feses merupakan produk sampingan dari suatu usaha
peternakan. Hasil bahan pakan yang tidak tercerna di dalam tubuh ternak akan
dikeluarkan sebagai feses. Sejatinya feses ternak bukanlah merupakan hasil
samping tanpa manfaat. Hanya saja perlu pengolahan lebih lanjut dalam
meningkatkan daya guna dari feses itu sendiri. Pengolahan yang tidak benar maka
akan menyebabkan kerusakan lingkunagn serta menjadi sumber timbulnya penyakit.
Kambing adalah komoditi ternak yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Feses
kambing sendiri masih memiliki komponen unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
dan sifatnya yang slow realease
membuat feses kambing memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan feses ternak
lainnya.
Di zaman digital ini dan terlebih dengan motto back to nature menjadi slogan
penyemangat untuk kembali bersinergi dengan alam. Pertanian dan peternakan
organik sangat digemari oleh masyarakat karena kesadaran masyarakat akan
lingkungan yang lebih sehat dan baik semakin meningkat. Kompos merupakan salah
satu upaya dalam meningkatkan nilai hasil samping peternakan seperti feses
kambing. Hasil pengomposan akan lebih baik daripada feses langsung dari ternak
karena adanya peningkatan nilai unsur hara akibat aktivitas mikroorganisme.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi
oleh yang namanya ketersediaan nutrisi dalam tanah. Diantaranya unsur hara N
dan unsur C yang menjadi indikasi kesuburan tanah. Penggunaan pupuk kimia memang
secara praktis dapat memebuhi kebutuhakan akan hal tersebut. Namun, efek negatif
yang ditimbulkan adalah tanah menjadi rusak dan dalam jangka panjang menimbulkan pencemaran lingkungan. Pupuk
kompos yang berasal dari hasil samping
peternakan kambing memiliki kandungan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman terutama unsur N dan C, juga tidak
mencemari lingkungan serta menjaga ketersediaan unsur hara dalam tanah.
Sehingga penggunaan pupuk kompos feses kambing menjadi suatu hal yang
disarankan bagi petani tanaman organik.
METODE PEMBUATAN KOMPOS FESES KAMBING
Alat dan bahan yang harus disiapkan diantarnya alalah feses
kambing, sekop, plastik terpal, ember, gelas ukur dan karung, sisa pakan
ternak/dedaunan, bioaktivator EM4.
Cara pembuatan kompos feses kambing memiliki prinsip
anaerob yaitu fermentasi tanpa menggunakan udara. Mula-mula feses kambing
dihancurkan menjadi lebih halus. Selanjutnya dicampurkan dengan sisa pakan
ternak atau dedaunan dengan perbandingan 1:1 dalam hal ini buatlah dengan
ukuran 10 kg. Kemudian campurkan dengan bioaktivator EM4 untuk mempercepat proses fermentasi (100ml EM4 dilarutkan dengan 10 L air) secara merata. Tutup bahan organik tersebut dengan plastik
terpal. Proses pembalikan dilakukan 3 hari sekali sampai proses pengomposan
selesai. Pupuk kompos yang sudah siap digunakan akan berwarna coklat kehitaman,
teksturnya gembur dan tidak berbau. Pada umumnya proses pengomposan terjadi
selama 3 minggu.
ANALISA KUALITAS KOMPOS FESES KAMBING
Kualitas kompos dapat dilihat dari pH, C-organik, N, P, K
rasio C/N, dan kadar air. Kadar air pupuk kompos akan semakin menurun sejalan
dengan waktu lamanya fermentasi, pada hari ke 20 dan seterusnya kadar air akan
tetap menurun namun tidak terlalu drastis lagi. Ini menandakan pada waktu 3
minggu pupuk kompos sudah bisa digunakan. Kadar air semakin menurun diakibatkan
adanya proses penguapan selama proses fermentasi bahan organik oleh
mikroorganisme. Unsur C juga akan semakin menurun dengan lamanya waktu
fermentasi dilakukan sama seperti pada kadar air. Atom C menurun karena
digunakan oleh mikroorganisme sebagai energi untuk aktivitasnya. Pada hari ke
20 sudah mulai stabil dan tidak terlalu
signifikan penurunannya. Kadar N, P, dan K juga meningkat setelah dilakukannya
pengomposan ini dikarenakan adanya proses dekomposisi dari mikroorganisme
selama proses fermentasi berlangsung. Nilai rasio C/N bahan organik akan terus
menurun selama proses fermentasi berlansung menurut SNI- 19-7030-2004 minimal
rasio C/N pada komos yaitu 10 dan maksimal 20 pada antara hari ke 20 sampai 30
itu merupakan waktu yang direkomendasikan. Hasil analisa tersebut didapat dari
hasil penelitian (Trivana, dkk., 2017).
APLIKASI PADA TANAMAN DAN HASILNYA
Penggunaan kompos pada tanaman dilakukan secukupnya dan cukup diberikan pada tanaman dengan frekuensi sebanyak 1 minggu sekali karena sifatnya yang slow realease, pemberian pupuk ada baiknya diberikan pada sekitar tanaman diperkirakan pupuk tersebut dapat diserap oleh akar tanaman. Berikut akan dipaparkan hasil penelitian penggunaan kompos
berbahan feses kambing pada tanaman. Menurut Amrullah dkk. (2013) pemberian
pupuk kompos feses kambing dapat meningkatkan jumlah daun dan bobot segar dari
tanaman Kalian (Brassica oleraceae, L).
Ketersediaan nitrogen yang tinggi menyebabkan pertambahan pucuk lebih dominan.
Nitrogen dan posfor dapat mempengaruhi jumlah daun. Menurut Rahayu dkk, (2014)
menyatakan bahwa pemberian feses kambing dapat meningkatkan porositas (ukuran dari ruang
kosong di antara material) tanah, dikarenakan oleh bentuk feses kambing berupa granul sehingga
menjadikan tanah memiliki volume ruang pori yang meningkat. Disamping itu juga Rahayu
menyatakan bahwa feses kambing yang telah difermentasi memiliki sejumlah
mikroba yang mampu mempengaruhi porositas tanah.
Menurut Dinariani, dkk. (2014) menyatakan bahwa pemberian
pupuk kandang feses kambing akan meningkatkan tingggi tanaman jagung berbanding
lurus dengan pemberian dosis pupuk, artinya semakin banyak dosis pupuk yang
diberikan semakin banyak pengaruh terhadap tinggi tanaman. Penggunaan pupuk
kompos feses kambing pada jagung manis (Zea
mays saccharata Sturt) dengan dosis 10 ton ha-1 dapat
meningkatkan hasil panen tongkol segar dibandingkan dengan tanpa menggunakan
perlakukan pupuk kompos.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat kita simpulkan
bahwa pengolahan feses kambing dengan cara pengomposan dapat meningkatkan kadar
unsur hara yang ada pada feses kambing serta aplikasinya yang tidak mencemari
lingkungan dan memperbaiki struktur tanah dan unsur hara tanah yang dibutuhkan
untuk tanaman baik pertumbuhan dan produksinya.
DAFTAR
BACAAN
Amrullah, E. R, Sutirman, dan Pullaila, A. 2013. Pengaruh
Pemberian Pupuk Organik Feses Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kailan (Brassica oleraceae. L).
Buletin IKATAN, Vol. 3, No. 2, Hal. 36-40. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Banten.
Dinariani, Heddy, Y. B. S., dan Guritno, B. 2014. Kajian
Penambahan Pupuk Kandang Kmabing dan Kerapatan yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt).
Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 2, No. 2, Hal. 128-136. UNIBRAW.
Rahayu, T. B., Simanjuntak, B. H., dan Suprihati. 2014.
Pemberian Feses Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Wortel (Daucus carota) dan Bawang Daun (Alliu fistulosum L.) dengan Budidaya
Tumpang Sari. AGRIC. Vol. 26, No. 1 & 2, Hal. 52-60. Universitas Kristen
Satya Wacana.
SNI- 19-7030-2004.
Trivana, L., Pradhana, A. Y., dan Manambangtua A. P.
2017. Optimalisasi Waktu Pengomposan Pupuk Kandang dari Feses Kambing dan Debu
Sabut Kelapa dengan Bioaktivator EM4.
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. Vol. 9, No. 1, Hal. 16-24. Balai
Penelitian Tanaman Palma.
Komentar